New York, Konseling seks memang diperlukan untuk menolong orang-orang yang punya masalah dalam urusan seks. Tapi konseling seks yang berperan sebagai Surrogate Sex Partner benar-benar mempraktikkan ilmunya ke pasien.
Tugas seorang surrogate sex partner tak lain adalah menjadi pasangan seks pengganti bagi orang-orang bermasalah dengan kehidupan seksualnya.
Banyak hal yang diberikan seorang surrogate sex partner kepada pasiennya, mulai dari konseling, teknik-teknik pemijatan dan relaksasi, tantric sex (ajaran seks dari agama Hindu) dan sebagainya.
Bahkan surrogate sex partner juga dilatih untuk mengatasi berbagai gangguan seks seperti disfungsi ereksi dan pemulihan kondisi mental korban pelecehan.
Hubungan seks dengan pasien juga harus dilakukan jika memang dibutuhkan dalam program terapinya. Untuk melindungi diri dari penularan berbagai jenis penyakit kelamin, surrogate sex partner tak pernah lupa untuk menggunakan kondom sebagai pengaman.
Pekerjaan sebagai surrogate sex partner dilakoni pasangan suami istri asal AS yakni Sarah Moore, perempuan berusia 39 tahun dan suaminya Geoff Daniels yang berusia 40 tahun.
Karena pekerjaannya, pasangan suami istri ini telah tidur dengan 5.485 orang asing dalam 20 tahun terakhir. Meski pasangannya tidur dengan orang lain, keduanya mengaku tidak ada rasa cemburu.
Profesi surrogate sex partner sebetulnya tak terlalu asing bahkan beberapa tradisi di Indonesia pada zaman dahulu juga mengenalnya. Salah satunya seperti yang digambarkan dalam novel trilogi Ronggeng Dukuh Paruk sebagai Srintil, seorang ronggeng muda yang membantu anak laki-laki mengenal kehidupan seksual.
Namun pasangan suami istri Sarah dan Geoff bukanlah ronggeng, keduanya adalah surrogate sex partner profesional yang mempelajari konseling dan surrogacy di New York University. Di kampus itu jugalah keduanya bertemu saat masing-masing berusia 20 dan 21 tahun.
Tidak tanggung-tanggung, dalam 20 tahun terakhir Sarah telah tidur dengan 3.323 pria, 52 di antaranya masih perjaka. Demikian juga dengan Geoff, dalam kurun waktu tersebut ia telah tidur dengan 2.162 wanita dan 'membantu' memperawani 49 orang di antaranya.
Usia pasien yang ditangani beragam mulai remaja hingga lanjut usia (lansia). Pasien tertua yang pernah ditangai Geoff berusia 72 tahun dengan keluhan libidonya menurun sedangkan yang termuda adalah gadis 19 tahun, korban pelecehan yang depresi dan mengalami phobia terhadap segala hal yang berhubungan dengan seks.
Pasien yang ditangani Sarah juga memiliki usia dan latar belakang yang beragam, yang termuda adalah perjaka berusia 19 tahun dengan keluhan memiliki phobia terhadap seks. Sementara pasien tertua adalah kakek-kakek 76 tahun yang datang dengan keluhan tidak bisa ereksi.
Dalam sehari Sarah dan Geoff rata-rata melayani 5 pasien, masing-masing menjalani sesi terapi yang berlangsung kurang lebih 2 jam. Tiap pasien umumnya menjalani terapi selama 4-8 pekan, dengan ongkos yang tidak murah tentu saja yakni Rp 2,1 juta-4,2 juta untuk tiap sesi.
Tugas seorang surrogate sex partner tak lain adalah menjadi pasangan seks pengganti bagi orang-orang bermasalah dengan kehidupan seksualnya.
Banyak hal yang diberikan seorang surrogate sex partner kepada pasiennya, mulai dari konseling, teknik-teknik pemijatan dan relaksasi, tantric sex (ajaran seks dari agama Hindu) dan sebagainya.
Bahkan surrogate sex partner juga dilatih untuk mengatasi berbagai gangguan seks seperti disfungsi ereksi dan pemulihan kondisi mental korban pelecehan.
Hubungan seks dengan pasien juga harus dilakukan jika memang dibutuhkan dalam program terapinya. Untuk melindungi diri dari penularan berbagai jenis penyakit kelamin, surrogate sex partner tak pernah lupa untuk menggunakan kondom sebagai pengaman.
Pekerjaan sebagai surrogate sex partner dilakoni pasangan suami istri asal AS yakni Sarah Moore, perempuan berusia 39 tahun dan suaminya Geoff Daniels yang berusia 40 tahun.
Karena pekerjaannya, pasangan suami istri ini telah tidur dengan 5.485 orang asing dalam 20 tahun terakhir. Meski pasangannya tidur dengan orang lain, keduanya mengaku tidak ada rasa cemburu.
Profesi surrogate sex partner sebetulnya tak terlalu asing bahkan beberapa tradisi di Indonesia pada zaman dahulu juga mengenalnya. Salah satunya seperti yang digambarkan dalam novel trilogi Ronggeng Dukuh Paruk sebagai Srintil, seorang ronggeng muda yang membantu anak laki-laki mengenal kehidupan seksual.
Namun pasangan suami istri Sarah dan Geoff bukanlah ronggeng, keduanya adalah surrogate sex partner profesional yang mempelajari konseling dan surrogacy di New York University. Di kampus itu jugalah keduanya bertemu saat masing-masing berusia 20 dan 21 tahun.
Tidak tanggung-tanggung, dalam 20 tahun terakhir Sarah telah tidur dengan 3.323 pria, 52 di antaranya masih perjaka. Demikian juga dengan Geoff, dalam kurun waktu tersebut ia telah tidur dengan 2.162 wanita dan 'membantu' memperawani 49 orang di antaranya.
Usia pasien yang ditangani beragam mulai remaja hingga lanjut usia (lansia). Pasien tertua yang pernah ditangai Geoff berusia 72 tahun dengan keluhan libidonya menurun sedangkan yang termuda adalah gadis 19 tahun, korban pelecehan yang depresi dan mengalami phobia terhadap segala hal yang berhubungan dengan seks.
Pasien yang ditangani Sarah juga memiliki usia dan latar belakang yang beragam, yang termuda adalah perjaka berusia 19 tahun dengan keluhan memiliki phobia terhadap seks. Sementara pasien tertua adalah kakek-kakek 76 tahun yang datang dengan keluhan tidak bisa ereksi.
Dalam sehari Sarah dan Geoff rata-rata melayani 5 pasien, masing-masing menjalani sesi terapi yang berlangsung kurang lebih 2 jam. Tiap pasien umumnya menjalani terapi selama 4-8 pekan, dengan ongkos yang tidak murah tentu saja yakni Rp 2,1 juta-4,2 juta untuk tiap sesi.
No comments:
Post a Comment